Pertemuan presiden Indonesia yang ke-7, Joko Widodo, dengan Ketua Umum dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, diklaim bukan tanpa makna. Menurut Arie Sudjito (pengamat politik di Universitas Gadjah Mada), pertemuan dua tokoh tersebut dilakukan untuk mengurangi tekanan politik Jokowi.
Menurut Arie, Jokowi berada dalam posisi dilematis, apakah mengikuti kehendak rakyat atau kehendak partai. Tekanan dari partai politik pendukungnya yang menginginkan Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan tetap dilantik sebagai kepala Polri.
“Kekhawatiran Jokowi besar. Kalau ikuti kehendak rakyat, bertentangan dengan PDI-P. Sementara itu, (jika sebaliknya) rakyat menentang. Nah, dia (Jokowi) butuh dukungan,” ujar Arie.
Arie mengatakan, jika Jokowi mengambil keputusan yang bertentangan dengan keinginan partai, posisinya tidak kuat jika hanya mengandalkan dukungan rakyat. Oleh karena itu, Arie menganggap pertemuan dengan Prabowo merupakan bagian dari manuver Jokowi menggalang dukungan di luar koalisi.
“Kalau Jokowi hanya dengan dukungan rakyat, itu tidak kuat, makanya dia pakai kekuatan itu. Itu untuk menambah ‘energi’ Jokowi,” kata Arie.
Arie meyakini, manuver yang dilakukan Jokowi ini akan mampu mengurangi tekanan dari partai-partai pendukung. Partai pendukung, kata dia, akan berhitung dan bersikap realistis terhadap manuver Jokowi tersebut. Jika tetap memaksakan pelantikan Budi Gunawan, mereka harus membayar mahal karena telah berseberangan dengan Jokowi dan arus rakyat.
“Mereka realistis untuk menyelamatkan reputasi partai, atau tetap memaksakan pencalonan Budi Gunawan dengan konsekuensi reputasi partai akan jatuh,” kata Arie.
Mengantongi dukungan Prabowo
Sebelumnya, pada Kamis (29/1/2015), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menemui Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jawa Barat. Tidak disangka, Prabowo hadir di tengah agenda Presiden mengadakan pertemuan dengan para bupati dari Provinsi Sulawesi sampai Papua Barat. Pertemuan itu tidak berlangsung lama, sekitar satu jam.
Seusai pertemuan, Prabowo menjelaskan, pertemuan tersebut merupakan kunjungan balasan karena ia belum menyambangi Jokowi setelah dilantik sebagai Presiden.
“Baru saja saya diterima Pak Presiden. Dalam pertemuan singkat ini, saya ingin membalas kunjungan beliau ke saya waktu beliau mau dilantik. Waktu mau dilantik, beliau kunjungi saya. Bagi orang Timur mengerti tata krama, saya mohon untuk diterima beliau di kediaman resmi beliau,” ujar Prabowo.
Selain itu, Prabowo juga ingin melaporkan kepada Presiden bahwa dirinya dipilih sebagai Presiden Federasi Pencak Silat Dunia. Ia meminta kepada Presiden untuk bersedia diangkat sebagai pendekar pencak silat Indonesia.
“Mohon beliau terima federasi pencak silat dan ikatan pencak silat Indonesia, dan beliau berkenan menerima. Tradisi kita selama ini, setiap presiden adalah pendekar utama pencak silat Indonesia. Pada saat itu, beliau akan terima pengangkatan pendekar pencak silat Indonesia,” kata Prabowo.
Terkait polemik pencalonan kepala Polri, Prabowo menekankan, hal itu merupakan hak prerogatif Presiden. Namun, ia menegaskan akan mendukung apa pun keputusan Presiden Jokowi. Dukungan penuh juga disampaikan barisan Koalisi Merah Putih.