Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah melakukan pertemuan tertutup dengan Prabowo Subianto di Istana Bogor, Kamis (29 Januari 2015). Setelah itu, Prabowo menyatakan dukungannya untuk pemerintahan Jokowi-Kalla. Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah dukungan dari mantan presiden Indonesa, BJ Habiebie.
Seusai pertemuan, sama seperti Prabowo, Habibie juga menyampaikan dukungannya kepada Jokowi. Habibie mendukung Jokowi untuk berpihak kepada rakyat. Terlebih lagi, menurut ahli penerbangan lulusan Jerman itu, tidak ada partai di Indonesia yang menang mutlak. (Baca: Habibie Ingatkan Jokowi Presiden Dipilih untuk Memihak 100 Persen Kepentingan Rakyat)
“Sekarang tidak ada satu pun partai di bumi Indonesia yang memiliki suara lebih dari 20 persen suara. Akan tetapi, presiden Indonesia sekurang-kurangnya mendapat dukungan minimal 51 persen. Dia dipilih untuk memihak 100 persen kepentingan rakyat,” kata Habibie dalam jumpa pers seusai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Kamis (29/1/2015).
Dua pertemuan ini memang menyiratkan upaya penggalangan dukungan yang dilakukan Jokowi, apa pun keputusan yang dipilihnya terkait kepala Polri. Dua tokoh yang diajak ini juga dianggap sepadan untuk “melawan” pihak-pihak yang selama ini dianggap memberi tekanan.
Pertemuan dengan Prabowo, yang merupakan ketua umum partai, dianggap sebagai simbol untuk menghadapi tekanan ketua umum dari partai pendukungnya.
Sementara itu, pertemuan dengan mantan Presiden RI, BJ Habibie, dianggap sebagai simbol sekaligus penghormatan kepada mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri. Selama ini, Megawati kerap dianggap publik sebagai pihak yang memberikan tekanan. Karena itu, Jokowi terlihat ingin memberikan penghormatan kepada Megawati dengan meminta dukungan Habibie.
Dengan demikian, “petugas partai” itu terlihat tidak ingin mempermalukan ketua umumnya di hadapan publik. Jokowi tentu tidak ingin meninggalkan kesan melakukan perlawanan untuk mempermalukan pihak yang berlawanan dengan keinginannya.
Dunia politik memang dinamis dan penuh ketidakpastian. Karena itu, ada kemungkinan komunikasi politik akan terus dijalankan Jokowi.
Namun, tetap ada pesan yang ingin disampaikan Jokowi. Pesan yang sudah diungkapnya ketika membentuk Tim Independen. Pesan bahwa Jokowi berusaha memberikan perlawanan. Pesan bahwa dia ingin melawan tekanan.