Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo, dikatakan memiliki kenyataan yang cukup berat. Jabatannya sebagai orang nomor satu di Indonesia, terikat dengan beberapa hal. Penasaran ? ikuti lebih jelasnya.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, kenyataan yang harus dihadapi Presiden Joko Widodo memang terbilang cukup berat. Sebagai seorang Presiden, sebut Qodari, Jokowi dituntut memiliki kemampuan dalam memimpin. Namun, fakta bahwa Jokowi bukanlah pemimpin partai membuat ia sulit menjalankan kepemimpinannya.
“Realitas yang dihadapi Jokowi memang sungguh pahit,” ujar Qodari, saat ditemui seusai menjadi narasumber dalam diskusi berjudul “100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK”, di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (29/1/2015).
Menurut Qodari, perbedaan yang terjadi antara Jokowi dan Presiden RI sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), adalah pada jabatan di masing-masing partai. Ia mengatakan, selama kepemimpinannya sebagai Presiden, SBY merupakan Ketua Umum Partai Demokrat.
Menurut dia, secara otomatis kebijakan SBY akan diikuti oleh semua anggota partainya. Sementara Jokowi, sebut Qodari, meski terpilih sebagai Presiden, ia hanya sebagai petugas partai, yang mau tidak mau bertanggung jawab, dan mengikuti arahan dari orang yang lebih tinggi jabatannya di dalam partai.
“Seorang pemimpin harus bisa mengendalikan kekuasaan. Tetapi Jokowi, ia malah tidak bisa leluasa mengambil keputusan,” kata Qodari.
Qodari kembali menegaskan bahwa yang menjadi hambatan saat ini bagi Jokowi adalah menghalau keinginan partai-partai pendukungnya. Menurut Qodari, dibutuhkan suatu ketegasan dari Jokowi untuk menghalau segala keinginan dari partai pengusungnya. Selain itu, Jokowi juga diharapkan melakukan konsolidasi dengan kekuatan politik di luar partai pendukung pemerintah.