Cinta Jose Mourinho Tertinggal di Italia

Kejeniusan Jose Mourinho sebagai pelatih sepakbola sudah tidak diragukan lagi. Usai mengawali kariernya dengan kesuksesan bersama FC Porto (2002-2004), Mourinho melanjutkannya di Chelsea (2004-2007), Inter Milan (2008-2010), Real Madrid (2010-2013) dan kini kembali lagi ke Chelsea.

Dari semua klub tersebut, ada satu tim yang mendapatkan tempat spesial di hatinya. Mou –sapaan akrab Mourinho, mengakui bahwa segala emosinya tercurah saat membesut Inter.

“Sepakbola harus selalu mengenai emosi, dan setelah 15 tahun saya tak dapat mengalaminya tanpa gairah. Jelas saya dapat mengontrol diri lebih baik saat ini, tapi selalu ada emosi. Itulah karier saya di Inter, penuh emosi, kesulitan dan momen dramatis dari kata-kata yang keluar dari hati,” ucap Mourinho kepada Gazzetta TV, Minggu (1/3/2015).

“Hal terpenting untuk saya yakni kebahagiaan di skala terbesar, bagi saya seorang pelatih juga pria. Hidup Anda dan keluarga harus bahagia, Anda harus menyukai pemain di tim dan memiliki rapor hebat dengan fans, yang menjadi bagian penting hidup Anda dan juga klub. Rapor saya dengan Inter unik sejak hari pertama dan saya juga menemukan tim yang luar biasa hebat,” sambungnya.

Pelatih yang kerap menjuluki dirinya sendiri The Happy One itu memang sukses bersama Inter, satu yang paling terkenal terjadi di musim 2009-2010. Mourinho mencatatkan sejarah bersama La Beneamata dengan raihan treble winner kala merengkuh Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions.

“Saya memiliki rapor fantastis dengan semua orang. Terkadang saya berpikir kembali dengan Inter, dengan rapor saya bersama pemain sangat spesial karena saya orang yang susah diajak bekerjasama,” ungkap pelatih asal Portugal itu.

“Saya sangat kritis kepada pemain. Saya suka menciptakan kepribadian yang kuat untuk mereka, jadi saya ditekan dan dituntut banyak, saya suka konfrontasi dan kata-kata kuat. Di Inter, saya menemukan kepribadian yang sudah kuat, yang mana membuat pekerjaan saya mudah,” imbuhnya.